Wednesday, June 15, 2016

KETIKA MEREKA MULAI SUKA MENULIS

Saya mendekat dan sedikit memperhatikan gerak-geriknya, ternyata dia sudah mulai mencoret-coret dinding dekat pintu itu, saya diam sejenak dan terkaget-kaget melihat lingkaran-lingkaran yang lama-lama saya lihat seperti sebuah objek abstrak gitu, akhirnya saya buka kacamata, ternyata tidak seperti yang saya lihat ketika mengenakan kacamata, hanya efek kacamata. Dede,..panggilan sayang kepada si kecil kami ini, ntar papa ajarin menggambar pohon, binatang, dan lainnya, hanya mengalihkan perhatiannya terhadap tembok yang terus di coret dengan arah lingkaran seperti arah jarum jam, ..... akhirnya dia pun mendekat dan merangkul papanya dengan hangat. Pa .. pa ,.... dede sudah bisa menulis,... saya memperhatikan dari ucapannya seperti mengharap sebuah pujian yang membenarkan bahwa ternyata dia sudah menulis, sayapun sadar bahwa tidak ada ruginya memberi ucapan menyatakan bahwa ,"Dede sudah pintar menulis, hanya dede harus banyak belajar sama abang-abangnya, ...." diapun senang dan meneruskan coret-coretan di dinding tadi, seperti ada yang ketinggalan dari objek yang belum di tuangkan di tembok tersebut, sayapun diam tidak berkata-kata, sambil mengecek status media sosial di Android ku, 

Beberapa waktu setelah dia sudah berhenti sejenak mencoret dinding itu, saya pun panggil, "dede, kesini papa ajarin menggambar, " dengan selembar kertas HVS yang bersih tidak bertulisan satu huruf pun apalah kata. Sangat polos kertas itu, akhirnya dengan semangatnya mulai memperhatikan saya menggambar binatang-binatang, pohon, dan lainnya, dan sangat senang bisa bermain dengan si kecil kami yang satu hari nanti berharap akan mengerti bahwa menulis tidaklah di dinding tetapi di kertas, pada jeda waktu kurang lebih sepuluh menit gitu, dan saya melihat dia juga sudah mulai lelah, baru pelan-pelan saya jelaskan, "Dede, kalau menulis lagi, dede boleh menulis di kertas ini, sambil saya menyodorkan kedia beberapa lembar kertas HVS, ..... dan dia sangat semangat, "ia papa" . "jawabnya. Ada beberapa pelajaran yang bisa saya kutip dari kejadian ini, berapa banyak kita yang melarang anak-anak yang kreatif dengan menulis-menulis tembok atau sejenisnya, atau mungkin kita memukul tangannya, dengan sebuah alasan Klasik, "KOTOR". Tapi kita lupa satu hal, ketika kita melarang mereka, secara tidak langsung kita telah membunuh satu kreatifitas menulis di pribadi mereka, namun mengapa tidak pernah kita lakukan cara bagaimana mereka tetap kreatif hanya, "KITA PINDAHKAN TANGANNYA dari OBJEK TEMBOK ke OBJEK KERTAS" yang selayaknya tulisan itu di tulis, ..... semoga tulisan ini bisa menginspirasi para sahabat bloggger dan bisa bermanfaat.....

Tetap Semangat, GBU

Admin

6 comments:

  1. kadang2 anak ada yang nurut pak....namun habis tuh lupa lagi, tetap coret2 dinding...hehehhe kudu sabar intinya jadi orang tua ya

    ReplyDelete
  2. Setuju bu, @Sarah Eyie ..... namun tetapi upaya memindahkan tangannya dari media Tembok ke Kertas adalah tugas kita, ... sukses ya bu. Terimakasih sudah memberi komentar yang sangat baik ,...

    ReplyDelete
  3. Bentar lagi anak saya nih. Kemaren dah pegang pegang pensil dan siap untuk menyerbu dinding rumah.
    Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya mas @Akut Wibowo sudah mampir di Blog saya, semoga tambah sukses ya ....

      Delete
  4. Kita pindahkan aja objeknya.
    Dari ;tembok; menjadi ;kerjat;...
    Wuaaa, iya juga ya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih ya bu @Ana Merya sudah mengunjungi Blog Lafo Kofi, semoga bermanfaat

      Delete

PERSATUAN dalam PERBEDAAN

Keberagaman merupakan sebuah kekayaan yang dimiliki oleh kita yang sangat majemuk ini. Keberagaman tidak hanya dari Suku, Agama, Ras, Keperc...